RAKYAT.CO – Ekonom senior Prof Didik J Rachbini mengingatkan agar tim ekonomi Presiden Jokowi diingatkan agar ekstra hati-hati dalam menentukan naik-tidaknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Perekonomian Indonesia relatif lebih baik. Namun tidak bisa disebut sedang baik-baik saja. Jika kebijakan di masa sulit bisa dilakukan dengan baik sehingga masa sulit bakal terlewati dengan mudah.
“Tapi sebaliknya, jika kebijakan yang dilakukan sembrono, APBN dibiarkan jebol maka ekonomi Indonesia akan menghadapi masalah,” ujar Prof Didik J Rachbini di Jakarta, Sabtu (13/8/2022).
Indonesia memiliki dua kondisi cukup memojokkan. Pertama, Indonesia mendapat durian runtuh dari mahalnya harga sawit, karet dan batu bara di pasar global.
“Di saaat yang bersamaan, harga Pertalite telah mencapai Rp17 ribu hingga Rp20 ribu per liter,” katanya.
Saat ini, kata Prof Didik, harga Pertalite dijual dengan separuh harga dan itu berarti APBN, pajak dan PNBP dinikmati pemilik mobil.
“Jika harga Pertalite dinaikkan maka harga-harga akan naik.Menambah beban rakyat. Jadi, memang ada dilema yang dihadapi pemerintah saat ini,” ungkapnya.
Subsidi BBM membengkak Rp350 triliun menjadi Rp502 triliun. Dana sebesar itu, cukup untuk membangun ribuan rumah rakyat, sekolah dan lain-lain yang lebih bermanfaat untuk rakyat.
“Namun, ironi yang menikmati subsidi itu juga para orang kaya. Penghematan harus dilakukan rakyat. Kendati kondisinya tidak seperti Pakistan atau Srilanka yang rusuh,” pungkasnya.[/3]