Naiknya Harga BBM, Negara Kalah oleh Pertamina?

Senin, 5 September 2022

Hasanuddin, Koordinator Siaga 98

RAKYAT.CO – Presiden Jokowi secara resmi telah mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mulai dari Pertalite, Solar, dan Pertamax. Harga terbaru BBM bersubsidi dan non-subsidi mulai berlaku, Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30.

Koordiator aktivis Siaga 98, Hasanuddin menilai bahwa perusahaan pelat merah Pertamina didirikan untuk mengusahakan pengelolaan sumber energi migas bagi kepentingan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Juga, Pertamina selain diserahi tugas ketersediaan BBM juga harga yang terjangkau. Hal ini menjadi urusan pemerintahan di bidang energi (ESDM) dan Badan Usaha Milik Negara.

“Kami melihat pengurangan subsidi ini tidak semata berdiri sendiri soal menyelamatkan kebijakan fiskal APBN, melainkan juga soal tata kelola Pertamina,” ujar Hasanuddin saat dihubungi, Senin (5/9/2022).

Dia menyinggung kini Pertamina bukan lagi menjadi entitas badan usaha negara, melainkan sudah menjadi murni entitas bisnis.

Namun, sebagai entitas negara, Pertamina mengelola industri hulu-hilir minyak memenuhi ketersediaan dan harga yang terjangkau.

Penurunan subsidi energi ini, sama halnya negara kalah bernegosiasi dengan pertamina. Ekonomi rumah tangga publik menjadi bertambah bebannya.

Pasalnya, subsidi dikurangi dengan alasan tidak tepat sasaran, prioritas bantuan untuk masyarakat melalui skema BLT. Ini tidak semata soal merubah skema alokasi.

“Keputusan ini menggerus kehadiran negara melalui Keputusan mendirikan (BUMN) Pertamina untuk tujuan mengelola minyak dan menggerus kehadiran negara dalam kebijakan ekonomi subsidi,” tandasnya.

Selain itu, Presiden Jokowi nampaknya tidak berkutik pada 2 Kementerian, yakni Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN, dan Pertamina.

Sebab itulah, defisit APBN pilihannya pada mengurangi subsidi energi, padahal masih banyak jalan lain. “Jika Menteri Keuangan Sri Mulyani menyetujui soal pengurangan subsidi ini, tentu bukan soal menyelematkan APBN, tetapi Pro Ekonomi Pasar, liberalisasi hilir minyak indonesia, ” pungkas Hasanuddi.[/1 Noto]