Oktober Ini, Nieuwe Kerk Amsterdam Bakal Pamerkan Barang-barang Jarahan dari Indonesia
RAKYAT.CO – Sebuah gereja Protestan di Amsterdam, Nieuwe Kerk yang telah lama beralihfungsi fungsi sebagai ajang pameran dijadwalkan Oktober mendatang akan memamerkan barang-barang jarahan Belanda dari Indonesia.
Berbagai barang jarahan itu akan dipamerkan tersebut mencakup aneka jarahan dari arsip NEFIS–yang diminta mayoritas anggota Parlemen kepada pemerintah Belanda untuk dikembalikan ke Indonesia awal bulan ini.
Berdasarkan informasi itu disampaikan pihak Nieuwe Kerk dan Arsip Nasional Belanda kepada NU.nl, sebuah media daring terkemuka di Belanda, Minggu (2/7/2023).
Arsip NEFIS merupakan arsip Indonesia paling kontroversial di Belanda. Sebab, sebagian besar barang-barang yang ada di arsip tersebut dijarah selama Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949).
Belanda menangani barang seni dan properti yang dijarah telah menjadi topik diskusi selama bertahun-tahun. Pada Januari 2021, pemerinta Belanda berjanji mengembalikan benda seni dan studi yang dijarah itu ke Indonesia, bekas koloni yang juga memintanya. Indonesia mengajukan permintaan tersebut pada Oktober tahun lalu. Tapi janji itu hanya mencakup benda-benda museum, bukan benda-benda yang dijarah di arsip negara.
Selain itu, Pemerintah Belanda saat itu meminta saran dari Dewan Kebudayaan tentang bagaimana menangani barang-barang yang dijarah di arsipnya. Diharapkan saran segera diterima pada Oktober mendatang–bulan yang sama ketika pameran besar barang-barang jarahan itu dibuka di Nieuwe Kerk.
Dikaui arsip Nasional Belanda kepada NU.nl mengakui pameran itu “bisa menyakitkan” bagi mereka yang terlibat dan orang-orang terkasih yang masih hidup. Arsip memberi tahu Nieuwe Kerk tentang kepekaan ini, dan terserah kepada peserta pameran memastikan bahwa barang-barang jarahan itu bisa ditampilkan dengan tepat dan bertanggung jawab, kata direktur arsip Afelonne Doek.
“Arsip Nasional setuju dengan Nieuwe Kerk bahwa rencana itu dapat dicabut jika Dewan Kebudayaan menyarankan untuk tidak melakukannya, ” ujar Doek,
Nieuwe Kerk berjanji menyelidiki secara menyeluruh latar belakang semua bagian arsip yang diminta sebelumnya. Jika barang ternyata terlalu banyak untuk dimuat, mereka tidak akan memasukkannya ke dalam pameran, kata seorang juru bicara.
Para ahli masih mengkritik langkah tersebut. “Ini tidak baik,” kata Rochelle van Maanen dari Jaringan Dekolonisasi, sebuah jaringan orang-orang yang berasal dari Indonesia, kepada surat kabar tersebut. “Saat ini masih ada diskusi: apakah benar memamerkan harta rampasan di belakang pemilik yang sah?”
Sementara itu, peneliti pascakolonial, Yvette Kopijn, menyebut pameran itu gila. “Pameran harus belajar dari event-event sebelumnya seputar Revolusi (Indonesia). Nieuwe Kerk harus bertanggung jawab.”[/4]
Oktober Ini, Nieuwe Kerk Amsterdam Bakal Pamerkan Barang-barang Jarahan dari Indonesia
RAKYAT.CO – Sebuah gereja Protestan di Amsterdam, Nieuwe Kerk yang telah lama beralihfungsi fungsi sebagai ajang pameran dijadwalkan Oktober mendatang akan memamerkan barang-barang jarahan Belanda dari Indonesia.
Berbagai barang jarahan itu akan dipamerkan tersebut mencakup aneka jarahan dari arsip NEFIS–yang diminta mayoritas anggota Parlemen kepada pemerintah Belanda untuk dikembalikan ke Indonesia awal bulan ini.
Berdasarkan informasi itu disampaikan pihak Nieuwe Kerk dan Arsip Nasional Belanda kepada NU.nl, sebuah media daring terkemuka di Belanda, Minggu (2/7/2023).
Arsip NEFIS merupakan arsip Indonesia paling kontroversial di Belanda. Sebab, sebagian besar barang-barang yang ada di arsip tersebut dijarah selama Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949).
Belanda menangani barang seni dan properti yang dijarah telah menjadi topik diskusi selama bertahun-tahun. Pada Januari 2021, pemerinta Belanda berjanji mengembalikan benda seni dan studi yang dijarah itu ke Indonesia, bekas koloni yang juga memintanya. Indonesia mengajukan permintaan tersebut pada Oktober tahun lalu. Tapi janji itu hanya mencakup benda-benda museum, bukan benda-benda yang dijarah di arsip negara.
Selain itu, Pemerintah Belanda saat itu meminta saran dari Dewan Kebudayaan tentang bagaimana menangani barang-barang yang dijarah di arsipnya. Diharapkan saran segera diterima pada Oktober mendatang–bulan yang sama ketika pameran besar barang-barang jarahan itu dibuka di Nieuwe Kerk.
Dikaui arsip Nasional Belanda kepada NU.nl mengakui pameran itu “bisa menyakitkan” bagi mereka yang terlibat dan orang-orang terkasih yang masih hidup. Arsip memberi tahu Nieuwe Kerk tentang kepekaan ini, dan terserah kepada peserta pameran memastikan bahwa barang-barang jarahan itu bisa ditampilkan dengan tepat dan bertanggung jawab, kata direktur arsip Afelonne Doek.
“Arsip Nasional setuju dengan Nieuwe Kerk bahwa rencana itu dapat dicabut jika Dewan Kebudayaan menyarankan untuk tidak melakukannya, ” ujar Doek,
Nieuwe Kerk berjanji menyelidiki secara menyeluruh latar belakang semua bagian arsip yang diminta sebelumnya. Jika barang ternyata terlalu banyak untuk dimuat, mereka tidak akan memasukkannya ke dalam pameran, kata seorang juru bicara.
Para ahli masih mengkritik langkah tersebut. “Ini tidak baik,” kata Rochelle van Maanen dari Jaringan Dekolonisasi, sebuah jaringan orang-orang yang berasal dari Indonesia, kepada surat kabar tersebut. “Saat ini masih ada diskusi: apakah benar memamerkan harta rampasan di belakang pemilik yang sah?”
Sementara itu, peneliti pascakolonial, Yvette Kopijn, menyebut pameran itu gila. “Pameran harus belajar dari event-event sebelumnya seputar Revolusi (Indonesia). Nieuwe Kerk harus bertanggung jawab.”[/4]