RAKYAT.CO – Dalam beberapa hari terakhir, wilayah Irlandia Utara dilanda kerusuhan. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Perdana Menteri Irlandia atau Taoiseach, Michael Martin, menyerukan warga tenang.
Kerusuhan tersebut dipicu polemik penerapan aturan imigrasi dan perdagangan yang diperketat sebagai dampak Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).
Menurut kantor Taoiseach, Martin dan Johnson “berbincang sore ini tentang perkembangan yang mengkhawatirkan di Irlandia Utara”.
Melalui perbincangan tersebut, Martin dan Johnson menekankan bahwa aksi kekerasan tidak bisa diterima dan meminta warga tenang.
“Ke depan, upaya melalui dialog dan kerja lembaga Good Friday Agreement dan mereka sepakat kedua pemerintahan akan terus berhubungan,” tulis pernyataan tersebut.
Sedangkan, para pemimpin di Irlandia Utara sebelumnya bersama-sama mengutuk kerusuhan yang berasal dari komunitas pro-Inggris di wilayah tersebut.
Juga, kerusuhan tersebut berupa serangan bom molotov pada bus yang sedang bergerak. Aparat kepolisian juga mengatakan sedang menyelidiki kemungkinan keterlibatan paramiliter.
Bahkan, pemerintah setempat mendesak agar kerusuhan berakhir supaya tidak menimbulkan korban jiwa. Hingga kini, kerusuhan menyebabkan sejumlah kendaraan dirusak dan dibakar, dan kantor serta aparat kepolisian diserang.
Penduduk Katolik dan Protestan yang terpisah ‘Tembok Perdamaian’ saling lempar batu, petasan hingga bom molotov. Padahal tembok itu dibuat untuk meredam pertikaian di antara penduduk akibat konflik sektarian.
Kerusuhan itu terjadi karena kelompok penduduk pro-Inggris di Irlandia Utara merasa frustrasi akibat kebijakan baru dalam hal perdagangan selepas Brexit yang dinilai menyulitkan.
Jauh-jauh hari, sejumlah kalangan memperingatkan pemerintah Inggris hal itu bisa terjadi dan kembali memantik pertikaian di wilayah yang diliputi konflik lima dasawarsa lalu, atau dikenal dengan julukan masa ‘The Troubles’.
Irlandia Utara masih diliputi konflik sektarian meski pemerintah Inggris dan pemberontak IRA meneken perjanjian damai 23 tahun lalu.
“Model pemandangan seperti ini sudah lama tidak disaksikan di Irlandia Utara, pemandangan yang bisa menyeret kembali ke masa lalu dan saya pikir kita harus bersama-sama bertindak untuk meredam ketegangan,” tanas Coveney.[/4]