RAKYAT.CO – India hari ini telah menjadi negara ekonomi ketiga dunia sekaligus kekuatan IT dunia. Padahal, sebelumnya dua dekade lalu baru memulai transformasi di bidang teknologi.
Dampak industri IT berhasil mencetak orang kaya baru dan menyerap tenaga kerja. Tak berhenti di sana, India bersiap dengan pangsa baru di sektor teknologi, software as a service (SaaS).
SaaS adalah adalah layanan aplikasi berbasis komputasi awan (cloud) yang biasanya dapat diakses lewat aplikasi berbasis situs web. Layanan SaaS populer seperti Zoom, Microsoft, hingga aplikasi Google.
Berdarsarkan penelitian McKinsey & Co dan SaaSBoomi, industri SaaS India bakal bernilai US$1 triliun pada 2030 mendatang atau setara Rp14.200 triliun (kurs Rp14.200).
SaaS diprediksikan mampu mencetak 500 ribu pekerjaan baru. Pada saat ini, hampir seribu perusahaan sejenis di India, 10 di antaranya berstatus unicorn atau startup yang masing-masing setidaknya bernilai US$1 juta.
“Kondisi ini bisa jadi kesempatan besar seperti yang terjadi di industri layanan IT tahun 90-an,” tutur Girish Mathrubootham, CEO Freshworks, perusahaan SaaS ternama di India, Jumat (10/9/2021).
Perusahaan Freshworks menawarkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) bulan lalu. Perusahaan yang didirikan lebih dari satu dekade lalu di Kota Chennai di Selatan India.
Hingga menjadi salah satu unicorn India tertua, Freshworks memiliki 50 ribu pengguna dan perusahaan bernilai US$3,5 miliar pada 2019.
Dari 10 unicorn SaaS India, enam di antaranya mendapat status unicorn bersamaan pada 2020. Sedangkan, pada tahun lalu, investor menyuntikkan dana US$1,5 miliar ke perusahaan SaaS India, empat kali lebih banyak dari 2018 atau 2019.
Potret pertumbuhan industri SaaS tak terbendung di era pandemi covid-19. Perusahaan di seluruh dunia menginvestasikan dana besar-besaran ke infrastruktur teknologinya.
Berdasarkan survei KPMG, sektor bisnis menggelontorkan US$15 miliar per minggu pada tahun lalu ke industri teknologi agar dapat beroperasi selama WFH.[/7]