RAKYAT.CO – Kenaikan tingkat literasi warga, Pemprov DKI Jakarta mengikuti pencalonan sebagai UNESCO World Book City (WBC) atau UNESCO Kota Buku Dunia pada 2023.
Proposal pencalonan telah dikirimkan kepada UNESCO pada Kamis (15/4/2021) dan Jakarta mengusung tagline Eja.kar.ta Everybody’s Reading.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beberapa tahun belakangan Jakarta mengalami kenaikan literasi warga karena adanya dukungan dari program utama Pemprov DKI Jakarta.
Bahkan, hingga 2020 tercatat ada kenaikan sebesar 19 persen penerbit di Indonesia berada di Jakarta dan telah mendaftarkan 14.906 ISBN.
“Juga, Jakarta berkontribusi 25 persen koleksi digital nasional. Angka ini cukup signifikan dalam menempatkan Indonesia sebagai negara paling produktif dalam industri penerbitan di Asia Tenggara pada 2019,” ungkap Anies dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (1/5/2021).
Kegiatan literasi, Jakarta menjadi tempat penyelenggaraan sejumlah acara seperti Indonesia International Book Fair (IIBF), Jakarta International Literary Festival (JILF), dan Jakarta Content Week (Jaktent).
“Kami mendirikan di banyak lokasi dan titik di ruang publik yang menyediakan buku bagi warga, yang bisa dibaca di tempat. Hal ini sesuai tema yang diajukan, Everybody’s Reading. Ini adalah bagian dari ikhtiar kita bersama untuk menghadirkan Jakarta sebagai Kota Buku Dunia,” tandas Anies.
Semangat Pemprov DKI Jakarta mengikuti pencalonan ini tak lepas dari sejarah bangsa Indonesia. Indonesia, dibangun melalui perjuangan dan dengan imajinasi tentang sebuah negara merdeka, negara yang melindungi warganya, yang mempersatukan semua komponen bangsa, dan menyelenggarakan keadilan sosial.
“Imajinasi diwujudkan oleh para pendiri bangsa ke dalam janji kemerdekaan dan dibangun melalui kata, melalui kalimat. Disebarkan melalui buku, majalah, koran, media massa. Apalagi di Jakarta ini, di kota ini penerbit buku pertama berdiri dan menjadi tempat perhelatan diskusi-diskusi besar kebangsaan. Di sini juga kemerdekaan Indonesia berkumandang. Jakarta adalah tempat penyemaian yang baik bagi kemerdekaan Indonesia yang dari imajinasi,” ungkap Anies.
Sedangkan, berdasarkan aspek sejarah dan keterkaitannya dengan literasi dan perbukuan ini, Jakarta mengajukan diri menjadi Kota Buku Dunia dan juga akan mengajukan proposal sebagai Kota Sastra. “Jakarta sangat siap untuk menyambut keduanya,” tegas Anies.
Pengajuan proposal dilakukan oleh Komite Jakarta Kota Buku yang dibentuk oleh Gubernur DKI Jakarta, melalui Keputusan Gubernur Nomor 742 Tahun 2020.
Ketua Harian Komite Jakarta Kota Buku, Laura Bangun Prinsloo, menerangkan, bahwa makna dari tagline yang diusung, yakni Eja.kar.ta, Everybody’s Reading.
Eja memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman sehingga Eja.kar.ta diharapkan bisa menjadikan Jakarta kota ramah buku, tempat di mana membaca adalah bagian dari kegiatan masyarakatnya, sehingga buku bisa hadir di setiap sudut kota.
“Salah satu program mendukung ide ini adalah menghadirkan kutipan-kutipan buku di media luar ruang milik Pemprov DKI Jakarta,” ujar Laura Bangun Prinsloo.
Saat ini, sejumlah kutipan para penulis Indonesia sudah bisa dilihat di sejumlah media luar ruang yang dikelola Pemprov DKI Jakarta, di antaranya di beberapa stasiun MRT Jakarta.
Kutipan-kutipan terpilih tersebut adalah dari Wiji Thukul, Sapardi Djoko Damono, Laksmi Pamuntjak, Agustinus Wibowo, Avianti Armand, M. Aan Mansyur, Yusi Avianto Pareanom.
Pembuktian Jakarta sebagai kota mendukung dan meningkatkan minat baca tak hanya dilakukan dengan mengikuti pencalonan UNESCO WBC, tetapi juga mengikuti pencalonan untuk menjadi City of Literature 2021, di mana proposal paling lambat harus diterima UNESCO pada Juli 2021.
Karena itu, saat ini Komite Jakarta Kota Buku tengah dalam proses penulisan proposal untuk bisa memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan.[/1]