RAKYAT – Melanjutkan koreksi pada kuartal III/2020, laba bank umum syariah masih ada peluang perbaikan laba tetap terbuka melalui efisiensi.
Statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat 14 bank umum syariah. Total laba bersih bank syariah senilai Rp2,68 triliun per kuartal III/2020 atau turun 9,25% secara year on year (yoy).
Separuh bank umum syariah mencetak kenaikan laba, sisanya membukukan penurunan laba. PT Bank BRIsyariah Tbk. membukukan kenaikan laba tertinggi yakni 237,55% yoy menjadi Rp190,58 miliar.
Secara nominal laba, PT Bank Syariah Mandiri mencetak perolehan laba terbesar yakni Rp1,07 triliun atau tumbuh 22,66% yoy. Mandiri Syariah sekaligus menjadi pemilik aset terbesar di antara bank umum syariah yakni
Rp119,43 triliun.
Sedangkan, untuk penurunan laba terdalam dialami PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. sebesar 97,05% yoy menjadi Rp244 juta, sekaligus perolehan laba paling kecil di antara bank umum syariah lainnya.
Secara umum seluruh bank mengalami tekanan penurunan kualitas pembiayaan akibat pandemi Covid-19. Langkah antisipatif, bank melakukan pencadangan yang otomatis menggerus laba karena alokasi pencadangan.
“Kebijakan pencadangan setiap bank berbeda, meski ada best practisenya. Peluang perbaikan laba tetap terbuka. Dia memperkirakan perbaikan laba akan membutuhkan waktu sekitar dua kuartal mengingat fokus perbankan adalah pada perbaikan pembiayaan existing, ” ujar Dosen Studi Ekonomi Islam dari Universitas Indonesia Banjaran Surya Indrastomo.
Namun, begitu ekonomi membaik dan debitur telah mulai menyanggupi atau mau direstrukturisasi, kemungkinan laba bisa terkoreksi positif dan penyaluran pembiayaan seperti sedia kala dapat dilakukan.
“Saat seperti ini, bank consumer atau bank yang punya basis deposit kuat mengoptimalkan fee based income dan potential cross selling sampai kegiatan traditional banking dapat kembali normal. Efisiensi menjadi kunci,” ungkap Surya, Sabtu (14/11/2020).[/4]