Laut China Selatan Memanas, Tentara China Usir Kapal Rudal AS

Jumat, 29 Mei 2020

Kapal perang USS Mustin

RAKYAT – Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mengusir USS Mustin, kapal perang Amerika Serikat (AS) yang dilengkapi rudal pandu, karena memasuki perairan lepas Kepulauan Xisha (Paracel) di Laut China Selatan yang diklaim sebagai batas teritorial negara komunis tersebut.

Di kepulauan Paracel merupakan wilayah yang jadi sengketa Laut China Selatan antara China dan beberapa negara Asia Tenggara.

Menurut Juru bicara Komando Teater Selatan PLA, Kolonel Senior Li Huamin, operasi Washington di tengah pandemi Covid-19 menunjukkan Amerika sebagai sumber yang menyabotase perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.

Komando Teater Selatan PLA mengorganisir pasukan Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk mengikuti kapal USS Mustin ketika secara ilegal masuk ke lepas Kepulauan Xisha pada Kamis.

“Pasukan Komando Teater Selatan PLA mengikuti dan memantau jalurnya, mengidentifikasi kapal, memperingatkan dan mengusirnya,” ucap Li, seperti dikutip dari Global Times, Jumat (29/5/2020).

Dengan tindakan provokatif ini, tindakan navigasi hegemonik terang-terangan, secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China serta hukum dan norma internasional terkait.

“Namun, secara serius menyabot perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut Cina Selatan,” katanya.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama PLA mengusir kapal perang AS di Laut China Selatan. Peristiwa serupa terjadi pada akhir Januari yang dialami kapal perang USS Montgomery di dekat Kepulauan Nansha (Spratly).

Lalu, pada awal Maret dialami kapal USS McCampbell di dekat Kepulauan Xisha dan pada akhir April dialami kapal USS Barry juga di dekat Kepulauan Xisha.

AS mengerahkan dua pesawat pembom B-1B Lancer di atas kawasan Laut China Selatan. Kedua pesawat pembom yang bermarkas di Guam itu melakukan patroli pada hari Selasa.

“Pada masa ketika pandemi Covid-19 masih mengguncang dunia, AS mengabaikan keamanan rakyatnya dan tidak fokus pada kontrol epidemi domestik, juga tidak berkontribusi pada kontrol pandemi global, tetapi mengirimkan kapal perang jarak jauh ke Laut China Selatan, memamerkan kekuatannya dan menyebabkan masalah,” tandasnya.

Menurut Li, sifat munafik AS dalam berbicara dengan satu cara dan bertindak dalam cara lain, dan sepenuhnya menunjukkan bahwa militer AS adalah sumber bencana yang menyabot perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.

Global Times mengutip pakar militer China yang tak disebutkan namanya mengatakan AS berusaha untuk membuat operasi seperti itu menjadi rutin, dan PLA telah menunjukkan siap dan mampu menghentikan aksi-aksi militer AS tersebut.

Hingga kini, Militer Washington belum berkomentar atas pengusiran kapal perangnya dari wilayah sengketa di Laut China Selatan.

Sejatinya, AS tidak terlibat sengketa di wilayah itu, namun juga tidak menerima klaim Beijing atas mayoritas kawasan Laut China Selatan.[/5]