Rumah Tangga Miskin di +62 Masih Tinggi, Menko PMK: Dipengaruhi Pernikahan  

Selasa, 4 Agustus 2020

Keluarga miskin

RAKYAT – Saat ini jumlah Rumah Tangga (RT) miskin di Indonesia masih tergolong tinggi yakni berkisar 76 juta yang tersebar di berbagai daerah.

“Itu berarti masih 20 persen dari rumah tangga,” ujar Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Muhadjir Effendy saat menjadi pembicara kunci pada kegiatan peringatan Hari Anak Nasional 2020 yang dipantau di Jakarta, Selasa (4/8/2020).

Rumah tangga baru, kata Muhadjir, yang miskin rata-rata berasal dari rumah tangga miskin sebelumnya. Hal itu terjadi karena adanya pernikahan sesama anggota keluarga miskin sehingga muncul keluarga miskin baru. Perlu ada upaya pemotongan mata rantai keluarga miskin di Tanah Air.

“Saya kira ini penting, karena kemiskinan itu pada dasarnya atau basisnya adalah di dalam keluarga itu sendiri,” tandasnya.

Masih tingginya angka kemiskinan tersebut, kata dia, berimbas pada proses pertumbuhan anak yang akan dilahirkan dari keluarga kurang mampu salah satunya stunting (kekerdilan anak).

Berdasarkan penjelasan pakar kesehatan bahwa anak yang sudah stunting maka kemampuan kecerdasannya sudah selesai.

“Ketika orang sudah stunting, itu sudah tidak bisa lagi dibenahi kemampuan kecerdasannya,” ungkap Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Saat ini, menurut data Bank Dunia 54 persen angkatan kerja Indonesia dulunya terkena stunting saat masih kecil atau pada masa pertumbuhan. Hal itu berimbas pada rendahnya kualitas angkatan kerja di Tanah Air.

“Kenapa angkatan kerja kita itu kualitasnya rendah bukan hanya karena intervensi di sektor pendidikan dan kesehatan yang lemah, tapi memang karena asalnya sudah kena stunting,” ungkapnya.

Sedangkan berkaca dari tingginya angka stunting di Indonesia, ia mengingatkan semua pihak terutama rumah tangga baru agar betul-betul siap dalam menyiapkan generasi emas dengan sebaik-baiknya agar terhindar dari stunting.

Terlebih, angka stunting di Indonesia masih di atas 20 persen atau berkisar di angka 27 persen. Presiden, katanya, menargetkan angka stunting tersebut bisa di bawah 20 persen sebelum akhir masa jabatannya.

“Pemerintah belum mengetahui angka pasti stunting di Indonesia, karena adanya pandemi Covid-19,” pungkas.[/3]