RAKYAT – Sejumlah jurnalis media daring dan anggota pers mahasiswa dilaporkan hilang saat meliput aksi demo RUU Cipta Kerja (Ciptaker) pada Kamis (8/10/2020).
Para jurnalis lainnya mengalami tindak penganiayaan dan perampasan alat peliputan oleh oknum, salah satunya dialami oleh jurnalis merahputih.com, Ponco Sulaksono.
Ponco diketahui terakhir terlihat sedang meliput aksi di bilangan Tugu Tani, Gambir, Jakarta Pusat. Kompartemen News merahputih.com melaporkan terakhir Ponco mengirim berita pukul 15.14 WIB.
Namun, hingga Kamis (8/10/2020) malam sekira pukul 23.00 WIB, kabar mengenai keberadaan Ponco masih belum diketahui. Bahkan, rekan-rekan seprofesi mencoba berkoordinasi dengan jajaram Polda Metro Jaya hingga Polres tapi keberadaan Ponco belum diketahui.
Aksi penganiaayaan, intimidasi, dan perampasan alat kerja terjadi pada jurnalis media daring lainnya, yaitu Suara.com.
Menurut Pemimpin Redaksi Suara.com, Suwarjono bahwa jurnalisnya, Peter Rotti, mengalami kekerasan dari aparat saat meliput aksi unjuk rasa penolakan Omnimbus Law Undang-undang Cipta Kerja di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (8/10).
Peristiwa terjadi di sekitar pukul 18.00 WIB, saat Peter merekam video aksi sejumlah oknum aparat kepolisian mengeroyok seorang peserta aksi di sekitar halte Transjakarta Bank Indonesia.
Pada saaat itu, Peter berdua dengan rekannya yang juga videografer, yakni Adit Rianto S, melakukan live report via akun Youtube peristiwa aksi unjuk rasa penolakan Omnimbus Law.
“Aparat melihat Peter merekam aksi menganiaya peserta aksi dari kalangan mahasiswa, tiba-tiba seorang berpakaian sipil serba hitam menghampirinya,” ungkap Suwarjono dalam keterangan resminya.
Disusul enam orang polisi yang belakangan diketahui anggota Brimob. Mereka meminta kamera Peter. Namun, Peter menolak sambil menjelaskan bahwa dirinya jurnalis yang sedang meliput.
Tak peduli dengan penjelasan Peter, para oknum polisi itu memaksa dan merampas kamera Peter. Seorang dari oknum polisi bahkan disebut sempat meminta memori kamera.
Peter terus menolak dan menawarkan akan menghapus video aksi kekerasan aparat polisi terhadap seorang peserta aksi.
Aparat bersikukuh dan merampas kamera jurnalis video tersebut. Peter yang menolak pun diseret sambil dipukul dan ditendang oleh segerombolan oknum polisi tersebut.
“Saya jelaskan kalau saya wartawan, tetapi mereka tetap merampas dan menyeret saya. Tadi sempat diseret dan digebukin, tangan dan pelipis saya memar,” ucap Peter melalui sambungan telepon.
Usai merampas kamera, memori berisi rekaman video liputan aksi unjuk rasa mahasiswa dan pelajar di sekitar patung kuda, kawasan Monas, Jakarta itu diambil mereka. Namun, kamera dikembalikan kepada Peter.
Peter pun mengalami luka memar di bagian muka dan tangannya akibat penganiayaan aparat kepolisian. “Kamera saya akhirnya kembalikan, tetapi memorinya diambil sama mereka,” ujarnya.
Selain itu, ada tiga anggota pers mahasiswa GEMA Politeknik Negeri Jakarta (PNJ)dikabarkan hilang sejak pukul 11.45 WIB. Ketiganya Ajeng Putri, Dharmajati, dan Muhammad Ahsan Zaki.
Terakhir mereka mengabarkan posisi di sekitar Istana Merdeka, Jakarta Pusat. lalu anggota pers mahasiswa dari Pers Lima Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Amalia Azahra dan Syarifah Nuraini juga sempat dikabarkan hilang.[/4]