Singgung Reporter Agar Profesional, Ketum IRSI: Jangan Rusak Indonesia dengan Kebencian

Selasa, 17 November 2020

Ketum IRSI Ir H Arse Pane (paling kiri)

RAKYAT – Ketua Umum Reporter Seluruh Indonesia (IRSI) Ir H Arse Pane meminta para Reporter baik cetak, televisi dan media siber melakukan fungsi kontrol sosial tapi menyejukkan di tengah pandemik untuk mengejar ketertinggalan perekonomian.

“Pada suasana hiruk pikuk politik seperti ini tugas para reporter agar tetap teguh dengan tugas dan fungsi kontrol sosial, ” ujar Ir H Arse Pane di Jakarta, Selasa (17/11/2020).

Menanggapi peran “Bargaining Berita” yang membikin suasana Jakarta ke arah yang semakin kompleks, sehingga perlu membaca Amanat UU Pokok Pers No. 40 Tahun 1999 bahwa Pers tidak boleh memihak.

“Ini penting, sehingga jangan menjadi bara api, semua elemen bangsa saat ini kami himbau agar berperan layaknya sapu lidi dan bekerjasama saling membantu berjalannya roda pemerintahan. Mari bantu melaksanakan Instruksi Presiden No 12 Taun 2016, ” katanya.

Seperti disampaikan oleh Presiden Jokowi bahwa Revolusi Mental dengan amal agama. Demikian Bunda Adv. Hj. Lilis Suganda Tutilaswati, SH agar Insan Pers mengingatkan dirinya terkait pernyataan dari Idrus Jamalullail dikanal televisi ormas FPI.

Soal Ahlak, kata Arse Pane, selain untuk mendidik mental para reporter adalah tujuan dalam kesinambungan proses mengawal demokrasi.

“Jelas itu dan kenapa memilih jalan yang instan. Sebab semua agama mengajarkan kesejukan tanpa adanya kekerasan,” jelas Ketum IRSI sambil memberi aplaus kepada Kapolda Metro Jaya yang baru terpilih Irjen Pol. Mohammad Fadil Imran.

Dengan melakukan langkah persuasif di tengah pandemik Covid-19 supaya bisa untuk menjamin kondusifitas suasana aman dan nyaman di Ibukota Jakarta.

Terkait doa dari Saudara Idrus Jamalullail yang mendoakan Megawati dan Presiden Jokowi agar berumur pendek, Muchamad Nabil Haroen Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan berkomentar bahwa Saudara Idrus Jamalullail telah bertindak mendoakan secara jelek, sekaligus mendorong hasutan dan pecah belah antarwarga.

“Mendoakan Presiden dan Ibu Megawati Soekarnoputri agar berumur pendek itu tidak patut secara etika, namun bertentangan dengan ajaran agama. Terlebih, Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam sebagai agama menebar rahmah, bukan kebencian dan caci maki, ” katanya.

Politisi muda PDIP asal Jawa Timur itu meminta Saudara Idrus Jamalullail menarik ucapannya dan meminta maaf kepada pihak terkait, seraya menyatakan yang baik disegerakan mendoakan semua pihak diberi kesehatan, amal baik untuk mengabdi kepada bangsa dan kebaikan untuk semua.

Pihak FPI harus mendorong agar ada upaya permintaan maaf, meski dilakukan secara pribadi. Kejadian berlangsung di agenda FPI, sekaligus disiarkan langsung melalui media resmi.

“Saya kira, FPI tidak bisa hanya lepas tangan, tanpa ada sikap kooperatif. Jangan sampai kejadian ini merusak situasi kondusif di Indonesia, ” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama itu.[/2]