Sutrisno dari 5 Ekor Sapi Hingga Semai Kepala Desa

Minggu, 27 September 2020

Focus Group Discussion bersama KUBE dan LKS Bina Sejahtera

RAKYAT – Upaya pengentasan kemiskinan membutuhkan sosok-sosok pejuang yang tak kenal menyerah sekaligus bermental baja. Sosok inspirator itu adalah Sutrisno.

“Kami merintis pada 1998 untuk mengentaskan warga miskin dengan 10 anggota dan modal dari Kanwil Sosial, ” ujar Sutrisno kepada Dirjen Pengentasan Fakir Miskin Asep Sasa Purnama dalam Focus Group Discussion (FGD) di Desa Rejomulyo, Kecamatan Palas, Kabupaten Lamung Selatan, Sabtu (26/9/2020).

Awal perjuangan, kata Sutrisno, sangat tidak mudah mengingat situasi saat itu. Dengan potensi yang ada upaya penanganan kemiskinan dari lima ekor sapi, arisan bahan bangunan, berupa 10 sak semen.

“Perkembangan selanjutnya menjadi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang melibatkan ibu-ibu dengan usaha warung dalam menjalankan upaya pengentasan masyarakat miskin, ” ungkap Sutrisno.

Seiring waktu dibarengi dengan kesungguhan dalam mengelola, usaha berkembang menjadi Lembaga Mikro Keuangan (LMK) yang bisa membantu semua anggota terbebas dari jeratan rentenir.

“Suatu kebahagiaan karena bisa terlepas dari rentenir, juga menjadikan anggota terus bertambah hingga keluar desa dan pelayanan pun terus ditambah, ” katanya.

Pelayanan tidak hanya bidang ekonomi terkait dengan KUBE, tapi dilanjutkan dengan mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Bina Sejahtera dengan pelayanan anak, lanjut usia, penyandang disabilitas, eks napi, korban napza dan PMKS.

“Mengatasi kemiskinan tidak cukup melalui KUBE, LMK, dan kondisi mendorong mendirikan LKS Bina Sejahtera sebagai jawaban atas berbagai permasalahan sosial di tengah masyarakat, ” imbuh Sutrisno.

Tak pelak keberadaan komunitas KUBE telah menjadi solusi keuangan, masalah sosial, serta menjadi tempat ‘persemaian’ para calon pemimpin pemerintahan setingkat kepala desa.

“Sudah dua orang kepala desa dari anggota KUBE di sini, yang keduanya memulai dari nol tapi berkat kesungguhan hati mengembangkan diri bersama kami, ” katanya.

Sutrisno sadar dan membuka diri dengan perkembangan teknologi informasi yang diterapkan di KUBE berupa penggunaan software dalam mengelola dan mencatatkan usaha.

“Kami menggunakan software untuk pengelolaan usaha, sehingga tidak manual pakai buku dan itu tuntutan seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini, ” ungkap Sutrisno.

Sambil meninjau budidaya ikan patin, Sutrisno menceritakan impian ke depan KUBE ingin menjadi Centre-link dari masalah-masalah sosial khususnya untuk wilayah di Kabupaten Lampung Selatan.

Dirjen Pengangan Fakir Miskin Asep Sasa Purnama, mengapresiasi atas capaian prestasi yang diraih KUBE, LMK dan LKS pimpinan Sutrisno.

“Terima kasih kami disambut dengan baik di sini, sekaligus belajar di ‘laboratoriun’ lapangan yang telah nyata berkontribusi untuk penanganan fakir miskin, ” tandas Asep.

Tentu saja, kata Asep, jangan merasa puas dan berhenti sampai di sini. Melainkan harus terus berinovasi agar semakin bermanfaat bagi masyarakat penerima bantuan sosial dan semakin berdaya.

“Jelas, ini jadi inspirasi yang bisa direplikasi bagi KUBE di tempat lainnya. Namun perlu ditingkatkan mental dan mindset penerima agar tidak melulu soal uang tapi ada nilai-nilai luhur spiritual, ” harap Asep.[/4]