rakyat.co – Pasca penembakan oleh pria 28 tahun asal Australia jamaah sholat Jumat di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre, Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (15/3/2019).
Tidak kurang dari 50 orang umat Islam tewas akibat kebrutalan teroris yang membuat seisi kota menjadi shock. Salah satunya Nasir Uddin jamaah Masjid Al Noor yang menatap kubah emas Masjid Al Noor di seberang jalan.
Saat ini disana masih dipasang perimeter polisi. Uddin pun meneteskan air mata saat melihat itu semua. “Sekarang kita sangat sedih,” kata Udin sambil gemetar di Hagley Park, Christchurch, seperti dilansir dari BBC, Ahad (17/3/2019).
Uddin 37 tahun adalah seorang migran dari Bangladesh. Dia tinggal di kota yang indah di sebelah selatan Selandia Baru sejak lima tahun yang lalu. Dia biasa menunaikan sholat Jumat di Masjid Al Noor bersama temannya jika tidak sedang bekerja.
Tapi kedamaian masjid terbesar di Christchurch seketika hancur pada Jumat (15/3) oleh seorang pria bersenjata api. Pria tersebut menyerbu dan menembakkan senjata api semi-otomatis ketika umat Islam berkumpul untuk sholat berjamaah. Uddin mengungkapkan, apa yang dirasakan umat Islam terlalu menyakitkan.
50 jamaah masjid tewas akibat aksi teroris tersebut, sehingga mengejutkan jamaah masjid dan seisi kota. Bahkan pelaku menyiarkan secara langsung aksi terornya saat membunuh puluhan jamaah masjid melalui Facebook. Hal ini mengundang kemarahan orang-orang di seluruh dunia.
Bahkan, Dewan Wanita Islam Selandia Baru, Anjum Rahman mengatakan, Masjid Al Noor sangat berharga bagi umat Islam di Selandia Baru. Masjid tersebut adalah masjid yang dibangun di wilayah paling selatan di bumi.
Masjid dibangun oleh komunitas Muslim setempat. Masjid Al Noor juga terkenal karena telah mengumpulkan para jamaah dari berbagai latar belakang yang sangat beragam. Sebab jamaahnya berasal dari berbagai negara dan para pengungsi.
Sedangkan, jamaah Masjid Al Noor berasal dari negara-negara seperti Yordania, Mesir, Pakistan, Bangladesh, Indonesia, Uni Emirat Arab, Afghanistan, Suriah, Kuwait, dan India. Keragaman jamaah masjid menggambarkan betapa terbukanya Muslim setempat terhadap orang-orang dari berbagai latar belakang.
“Saya kira Selandia Baru mungkin adalah contoh terbaik di dunia, itu (kerukunan) tidak terjadi secara kebetulan, itu adalah sesuatu yang kami kerjakan sejak generasi orang tua kami,” ujar Anjum yang telah menetap di Selandia Baru sejak tahun 1972.
Bagi warga setempat, seharusnya Christchurch menjadi tempat yang aman. Pasca serangan teroris di masjid, kota menjadi pemandangan yang sangat kontras karena tidak seperti biasanya. Warga Selandia Baru lainnya juga mengungkapkan rasa takutnya setelah serangan teroris terjadi.[*/4]