RAKYAT.CO – Kewaspadaan masyarakat harus terus ditingkatan mengingat potensi dan risiko terjadinya gempa besar dengan mempersiapkan jalur mitigasi ke daerah yang dianggap aman, terutama yang berada di ketinggian.
“Gempa bumi tidak bisa diprediksi, melainkan kita bisa memperkirakan zona-zonanya mana yang harus diwaspadai,” ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati saat melakukan kunjungan kerja di Pacitan, Kamis (19/2/2021).
Kegempaan puluhan kali melanda berbagai daerah di Indonesia, baik di Pulau Jawa maupun Sumatera dan daerah-daerah di Indonesia timur sejak sebulan terakhir, bisa jadi pertanda yang harus diwaspadai.
Bahkan, intensitas kegempaan disebut meningkat. Selama Januari terjadi 85 kali kejadian kegempaan yang tersebar mulai dari Aceh, Nias, Bengkulu, dan Lampung. Gempa juga melanda daerah pesisir selatan Pulau Jawa, mulai dari Banten, Jabar, dan Jateng.
“Di bagian timur peningkatan kegempaan juga melanda Lombok, Sumbawa, Sumba, hingga Sulawesi, mulai dari Sulbar, Sulteng, Gorontalo, hingga Laut Maluku, ” ungkap Dwikorita.
Belajar dari sejumlah kejadian gempa di Tanah Air, guncangan besar tidak terjadi tiba-tiba. Dibutuhkan sikap waspada selanjutnya bisa diwujudkan dengan aktif melakukan pemantauan lapangan.
“Jalur mitigasi dipersiapkan, rute terpendek ke daerah aman harus dibuat sejak dini supaya proses penyelamatan atau evakuasi warga lebih mudah, ” tutur Dwikorita.
Langkah mitigasi ini terutama berlaku untuk warga pesisir pantai, seperti wilayah Pacitan, Trenggalek, Malang, Jember, Banyuwangi maupun daerah pesisir pantai lain di Jawa maupun luar Jawa yang menjadi jalur kegempaan.
Pentingnya langkah mitigasi terkait gempa yang berpotensi tsunami. “Nah, kita lihat jarak dari pantai ke bukit terdekat itu sekian kilometer. Padahal ‘golden time’-nya hanya 20 menit. Ini yang dikatakan membuat mitigasi tadi,” tandasnya.
Masyarakat diimbau tidak panik dan harus memiliki kesadaran dan budaya mitigasi, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi gempa bisa segera menjauh dari pantai dan mencari perlindungan di daerah tinggi.
“Jadi, salah satunya membudayakan pengurangan risiko bencana sebagaimana anjuran pemerintah daerah melalui BPBD setempat,” pungkasnya.[/2]