RAKYAT.CO – Peristiwa Reformasi 1998 adalah sesuatu yang terglorified, yakni sejarah atau momentum yang berlebihan dirayakan.
“Nanti akan dirayakan 23 tahun Reformasi 1998 yang topik agak berat karena kondisi hari ini, menunjukan seolah-olah mengulang sejarah,” ungkap Peneliti Indonesia Coruption Watch (ICW), Lalola Easter dalam diskusi publik yang digelar daring di kanal YouTube Sahabat ICW, Jumat (21/5/2021).
Terkonfirmasi masalah substansial yang tidak diselesaikan di 1998 yang disebut Reformasi itu. “Pada akhirnya buah Reformasi 1998 kita tuai sekarang, Soeharto bukannya turun tapi mundur, ditambah lagi sistemnya tetap ada, kroni-kroni saat ini masih ada yang menikmati dan banyak pelanggaran yang nggak pernah diadili dan diselesaikan,” katanya.
Saat ini, kekacauan yang dialami salah satunya adalah KPK. Wajahnya hanya bersalin saja, wataknya sama tapi cuma ganti baju tetapi merayakan hari raya.
“Pada hatinya belum bersih banget, dia cuma pakai baju baru, mungkin kurang lebih seperti itu,” terangnya.
Pada hari ini, Reformasi tapi wataknya neo Orde Baru lalu apakah masih relevan dibicarakan dan semangatnya layak dibawa.
“Khawatir di sebagian orang hanya romantisisme saja. Pernah terjadi sebuah civil unrest, tapi tidak tahu itu terminologi tepat atau tidak yang pernah terjadi lalu membuahkan demokrasi yang sifatnya formalistik,” pungkasnya.[/1]