Bermainlah dengan Anak*

Dadang Darmawan
RAKYAT.CO – Tauladan kita, Rasulullah SAW di tengah kesibukannya memimpin umat masih menyempatkan waktu untuk bermain bersama anak-anak.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyuruh Abdullah, Ubaidillah, dan lain-lain dari putra-putra pamannya Al-Abbas untuk bercerita lalu berkata, “Siapa yang terlebih dahulu sampai, saya akan aku beri sesuatu (hadiah).” Anak-anak itu pun bersiap berlomba-lomba menuju beliau, kemudian duduk di pangkuan Rasulullah SAW, lalu Rasulullah menciumi mereka dan memeluknya.
Para ayah jangan sampai tidak mengagendakan waktunya bermain bersama putra-putrinya. Tidak harus ke taman bermain sebagaimana umumnya orang melakukannya. Cukup di rumah saja; dengan bermain kuda-kudaan, kejar-kejaran atau pun sekadar berjalan-jalan di sekitar rumah sambil mengenalkan anak pada lingkungan sekitar.
Mengubah Emosi
Bermain bersama anak bisa mengubah emosi anak. Misalnya, seorang anak marah karena mainannya dipinjam oleh adik atau kakaknya. Lalu, dia menjadi rewel dan mencari perhatian. Dalam kondisi bermain itu bisa membuat emosi anak berubah seketika.
Ajak saja anak untuk berlari-lari, atau bersama anak masuk dalam selimut untuk menutup badan bersama. Atau dengan bermain apa yang disukai sang anak, Insya Allah anak akan segera terpancing ikut bermain dan merelakan apa yang sebelumnya membuatnya tidak nyaman.
Tidak Monoton
Seorang ayah yang memiliki kebiasaan bermain dengan anak-anak akan memiliki kemampuan komunikasi yang luwes, sesuai dengan tabiat anak-anak. Tidak kaku sebagaimana orang dewasa.
Hal ini tentu sangat menyenangkan bagi anak-anak. Seperti Rasulullah SAW lakukan ketika memanggil Anas bin Malik Radhiyallahu anhu. “Nabi Shallallahu Alayhi Wasallam memanggilku : ‘Wahai pemilik dua telinga’ (HR Ahmad dalam al-Musnad 3/127, Abu Dawud dalam sunannya no. 4994, at-Tirmidzi dalam sunannya no. 2059).
Di sini tentu sangat menarik apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Bagaimana cara dia bermin-main dengan bercanda dengan memanggil Anas dengan sebutan ‘pemilik dua telinga.’
Panggilan semacam itu sangat aneh dan mengundang kelucuan, karena mungkin Anas tidak memiliki dua telinga. Namun, kala dewasa ternyata dari candaan ringan itu Anas benar-benar mampu menggunakan telinganya sebagai alat penerima pesan penting dari apa yang Rasulullah ucapkan. Tidak heran jika Anas menjadi sahabat yang termasuk banyak meriwayatkan hadits.
Jika para ayah mau meluangkan waktu bermain bersama anak-anaknya, Insya Allah anak-anak tidak akan merasa ‘gerah’ apalagi sampai tidak betah berada di rumah. Ia senang dan nyaman di rumah bersama ayah yang suka mengajaknya bermain.
Juga, dalam kondisi seperti itu, insya Allah anak lebih siap mendengar nasehat dan lebih bisa merasuk dalam qalbunya. Seperti Rasulullah SAW teladankan kepada Anas. Jika demikian, mengapa kita tidak melakukannya? Wallahu A’lam.[/7]
*Dadang Darmawan, Ketua DPD PKS Kota Tangerang Selatan