Belanda Diguncang Kerusuhan Dampak Pemberlakuan Jam Malam

Selasa, 26 Januari 2021

Belanda diguncang kerusuhan

RAKYAT.CO – Pecah kerusuhan di sejumlah kota di Belanda menyusul kerusuhan yang terjadi sebagai aksi protes atas keputusan pemerintah menambah jam malam demi menekan angka penyebaran Covid-19, Senin(25/1/2021),

Namun, motif di balik kerusuhan di Rotterdam dan Geleen di selatan pada Senin (25/1) belum diketahui secara pasti pelaku perusakan kebanyakan adalah remaja dan usia 20-an.

Laporan dari kantor berita ANP polisi berkuda di Rotterdam menuding 50 pemuda sebagai pelaku perusakan. Misalnya di Geleen sejumlah gambar menunjukkan para pemuda kabur dari polisi sebelum jam malam diberlakukan.

Sebelumnya, Perdana Menteri Mark Rutte mengutuk kerusuhan yang terjadi pada akhir pekan kemarin, ketika para demonstran menyerang polisi dan pembakaran fasilitas umum.

Untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, kebijakan jam malam yang diberlakukan di negara tersebut yang diambil usai National Institute for Health (RIVM) memperingatkan akan gelombang baru Covid-19.

Pada gelombang baru tersebut, muncul karena “varian baru Covid-19 dari Inggris”, kendati jumlah kasus baru di Belanda telah menurun selama beberapa pekan terakhir.

Hingga kini, tercatat ada 4.129 kasus baru dilaporkan pada Senin (25/1/2021). Angka itu adalah yang terendah sejak 1 Desember 2020.

Dari pihak kepolisian mengatakan bahwa sudah ratusan orang ditahan selama akhir pekan kemarin dalam kerusuhan yang dimulai pada Sabtu malam dan berlangsung hingga Senin dini hari.

Aksi kerusuhan seperti lemparan batu dari demonstran, pembakaran stasiun pengujian Covid-19, dan satu kasus penodongan kepada polisi.

Namun, pihak kepolisian telah mengeluarkan lebih dari 5.700 denda pelanggaran jam malam. Jam malam diketahui berlangsung dari jam 9 malam hingga 4.30 pagi waktu setempat.

“Hal ini tak ada hubungannya dengan protes. Ini adalah kekerasan kriminal dan kami akan memperlakukannya seperti itu,” ungkap Rutte kepada media di Den Haag.

Sekolah-sekolah dan toko non-esensial di Belanda telah ditutup sejak pertengahan Desember, menyusul penutupan bar dan restoran dua bulan sebelumnya. Belanda hingga saat ini mencatat 13.579 kematian akibat Covid-19 dan 952.950 kasus.

Melihat kondisi tersebut, polisi serikat pekerja NPB mengatakan ada peluang terjadi lebih banyak protes di kemudian hari berkaitan semakin banyak warga yang frustrasi akibat penguncian wilayah selama berbulan-bulan.

“Kami belum pernah melihat begitu banyak kekerasan selama 40 tahun,” kata anggota dewan serikat pekerja, Koen Simmers dalam acara televisi Nieuwsuur.[/4]