RAKYAT – Usai pemilihan Presiden Amerika Serikat digelar pada Selasa (3/11/2020). Israel semakin khawatir atas kemenangan kandidat Demokrat Joe Biden dan kehilangan sekutunya, Donald Trump.
Kebijakan Israel mencari kerja sama yang lebih erat dengan negara-negara kawasan, pengaruh Partai Demokrat, dan kontak positif dengan tim kampanye Biden meniadakan kemungkinan kebijakan luar negeri anti-Israel di Washington.
Pengamat Politik Palestina – Israel, Adnan Abu Amer, menyatakan bahwa di antara kekhawatiran Israel soal Biden di Gedung Putih adalah ia dapat membawa AS kembali ke dalam kesepakatan nuklir Iran yang ditarik Trump pada 2018.
“Selain itu, Israel memperkirakan masalah permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki akan kembali menjadi agenda pemerintahan Demokrat, yang kemungkinan akan melihat sekali lagi sebagai penghalang perdamaian,” ucap Adnan Abu Amer seperti dilansir di Middle East Monitor, Selasa (3/11/2020).
Dewan Keamananb PBB mungkin akan memberanikan diri mengkritik permukiman ilegal tersebut. Hubungan Israel dengan Gedung Putih, sebagian besar orang Israel percaya, akan renggang.
Kondisi itu jika Biden yang terpilih, masalah Palestina akan menjadi prioritas utama politik luar negerinya, karena Biden akan berusaha menjauhkan diri dari kebijakan presiden sebelumnya.
Partai Demokrat radikal cenderung mendorong posisi kunci pemerintah dan dari sana memberikan tekanan pada Israel terkait permukiman.
Pasalnya, warga Israel masih mengingat ‘masa lalu yang buruk’ ketika Barack Obama menjabat. Pada 2016, Obama menandatangani perjanjian bantuan sepuluh tahun dengan Israel senilai 3,8 miliar dolar AS per tahun, yang harus diratifikasi Kongres setiap tahun.
Saat ini, kelompok radikal di Partai Demokrat menuntut untuk memanfaatkan ini untuk mendorong Israel mengubah posisinya.
Selain itu, kecil kemungkinan janji Trump akan diberlakukan. Kedutaan Besar AS akan tetap berada di Yerusalem jika Biden di Gedung Putih, tetapi duta besar bisa berkedudukan di Tel Aviv.
Biden diyakini membuka kembali Kedutaan Besar Palestina di Washington, tepatnya Kantor Organisasi
Pembebasan Palestina, yang ditutup Trump pada 2018.
Selain itu, Biden akan mengembalikan bantuan kepada lembaga-lembaga Palestina, serta UNRWA, yang
menyediakan layanan dasar penting bagi pengungsi Palestina. Namun, tetapi Biden tidak bermaksud
menggunakan bantuan kepada Israel sebagai alat untuk menekannya agar mengubah kebijakannya.
Tak pelak, tamu asing pertama jika Biden menang pada 3 November kemungkinan besar adalah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Benny Gantz, dan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi. Mereka akan berharap bisa membuka lembaran baru dalam hubungan kedua negara tersebut.[/4]