RAKYAT – Setiap pemangku kepentingan, termasuk masyarakat agar mengantisipasi fenomena cuaca la nina dengan memanfaatkan data meteorologi, sehingga bisa melakukan mitigasi bencana secara seksama.
“Jadi, bagaimana kita memanfaatkan data,” ujar Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan dalam webinar bertema “Fenomena La Nina apa yang harus dilakukan?”, Ahad (11/10/2020).
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah menyuplai berbagai data prakiraan cuaca yang bisa diakses publik. Juga, BNPB memiliki aplikasi InaRisk yang memetakan bencana di berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan data tersedia bisa dimanfaatkan pemerintah dan publik untuk merencanakan berbagai hal, sehingga la nina di depan mata tidak menimbulkan kerugian besar baik secara materi maupun nonmateri.
La nina merupakan fenomena alam yang menyebabkan curah hujan di suatu kawasan turun dalam intensitas berlebih. Jika tidak diantisipasi maka dapat memicu bencana hidrometeorologi yang tak jarang merugikan.
Menurut Lilik la nina bisa memicu bencana alam, sehingga berbagai fasilitas publik yang rentan agar diperhatikan ketahanannya.
Tidak kalah penting juga adalah perlu ada antisipasi untuk ketahanan pangan masyarakat, baik di tingkat pusat maupun daerah.
BMKG sendiri menyebut memasuki Oktober 2020, fenomena la nina mulai terjadi. Dampak yang akan terjadi adalah kenaikan curah hujan hingga 40 persen dibanding kondisi normal.
“Masyarakat diimbau di sejumlah daerah rawan bencana untuk waspada dan melakukan mitigasi mandiri, ” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. [/4]