Pelindo IV Direct Export Perdana Rempah Senilai Rp 3,7 Miliar ke Vietnam dan Tiongkok

Kamis, 1 April 2021

Direct export perdana PT Pelindo IV (Persero) melalui Cabang Pantoloan, Palu, Sulteng berupa komoditas rempah-rempah ke Vietnam dan Tiongkok.

RAKYAT.CO – Direct export perdana kembali dilakukan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) melalui Cabang Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), berupa komoditas rempah-rempah ke negara tujuan Vietnam dan Tiongkok.

General Manager (GM) PT Pelindo IV Cabang Pantoloan, Nengah Suryana Jendra, mengatakan, bahwa sebelumnya sudah rutin hampir setiap pekan melakukan direct export komoditas kelapa ke beberapa negara di Asia.

“Jadi, untuk rempah-rempah saja, yang perdana dilakukan direct export. Kalau kelapa sudah rutin direct export ke beberapa negara di Asia sejak 12 September 2020,” ujar Nengah.

Pelindo IV, kata Nengah, khususnya Cabang Pantoloan berupa selalu memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik atas upaya pemerintah daerah untuk menggerakan ekonomi melalui kegiatan-ekspor komoditas unggulan ke luar negeri.

“Upaya pemerintah untuk meningkatan ekonomi pasti akan mendukung dengan segala fasilitas dan pelayanan kami yang maksimal,” tandasnya.

Pada Senin (29/3/2021), Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, diwakili Asisten Administrasi Ekonomi dan Pembangunan, Bunga Elim Somba, didampingi Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan pada Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Junaidi, serta pejabat terkait lainnya secara resmi melepas ekspor perdana rempah-rempah sebanyak 4 kontainer atau 63,78 ton dengan nilai Rp3,7 miliar ke Vietnam dan Tiongkok dari Pelabuhan Pantoloan.

Gubernur Sulteng dalam sambutan yang dibacakan Asisten Administrasi Ekonomi dan Pembangunan, menyambut baik ekspor perdana rempah-rempah, berupa lada putih, pala biji dan bunga pala sebagai komoditas baru produk pertanian di Sulawesi tengah.

“Jadi, ini sekaligus sebagai pelaksanaan program Kementerian Pertanian RI untuk mendorong Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Grateks), ” tandas Longki.

Komoditas pertanian, Longki, memiliki peran sangat strategis dalam pembangunan daerah, di mana perannya tak ekedar untuk ketahanan pangan tetapi juga memberi andil cukup besar bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah melalui ekspor.

“Kami apresiasi kepada Balai Karantian Pertanian Kelas II, Palu yang mengkoordinir pelaksanaan ini bersama dinas terkait sejalan program Menteri Pertanian yang mendorong pertumbuhan ekspor pertanian. Hal itu sebagai komitmen Badan Karantina Pertanian untuk memperkuat sistem perkarantinaan guna mendorong percepatan layanan melalui proses bisnis ekspor, ” ungkapnya.

Longki berharap Badan Karantina Pertanian meningkatkan peranan sebagai fasilitator perdagangan produk pertanian, sekaligus memastikan seluruh produk pertanian yang diekspor memenuhi persyaratan internasional terkait sanitari maupun fitosanitari, sehingga memiliki daya saing di pasar global.

“Patut kita bersyukur bahwa di tengah situasi pandemi Covid-19 ini, masih tetap tetap bisa meningkatkan pertumbuhan perekonomian di wilayah Sulteng, ” katanya.

Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan pada Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Junaidi, mengatakan, berdasarkan data pada sistem perkarantinaan Iqfast, terdapat tiga komoditas pertanian dari rempah-rempah di Sulteng telah dikapalkan ke Vietnam dan Tiongkok dengan total 63,78 ton.

Pada 2020 Karantina Pertanian di Palu mencatat sebanyak 35 komoditas telah diekspor dari Sulteng ke berbagai negara dengan total nilai barang mencapai Rp 444,46 miliar.

“Sebanyak 35 komoditas yang didominasi dari sub sektor perkebunan, di antaranya kelapa bulat, kelapa parut, minyak kelapa, kakao biji, getah pinus, serta cengkeh, ” pungkas Junaidi.[/3]