RAKYAT.CO — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah dan menembus level Rp16.700 per dolar AS pada Jumat (7/11/2025). Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan tersebut bersifat sementara dan nilai tukar rupiah masih berada di level yang aman.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, mengatakan pergerakan rupiah masih dapat dikendalikan dan mencerminkan kondisi ekonomi domestik yang relatif kuat. “(Masih aman) selama perkembangan tetap manageable. Ini sifatnya temporal. Tentunya kita akan terus menjaga agar rupiah lebih kondusif lagi,” ujarnya usai acara *Taklimat Media Pendalaman Pasar Uang* di Kompleks BI, Jakarta Pusat.
Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp16.700 per dolar AS, tertinggi dalam lebih dari sebulan terakhir. Sebelumnya, rupiah sempat menyentuh level Rp16.749 per dolar AS pada akhir September 2025.
Menurut Denny, pelemahan rupiah saat ini tidak terlepas dari tekanan eksternal, namun fundamental ekonomi Indonesia masih solid. Ia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2025 mencapai 5,04 persen, sementara inflasi Oktober tercatat 2,86 persen, masih dalam kisaran target BI sebesar 2,5 ± 1 persen.
Selain itu, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2025 meningkat menjadi 149,9 miliar dolar AS, naik 1,2 miliar dolar dibandingkan bulan sebelumnya. Cadangan tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan berada jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
“Kita punya pertumbuhan yang bagus sebagai negara *emerging market*, inflasi yang rendah dan stabil, serta cadangan devisa yang lebih dari cukup. Prospek ekonomi Indonesia ke depan masih sangat besar untuk terus tumbuh,” kata Denny.
Denny menegaskan, BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di berbagai pasar, termasuk pasar spot, *Non-Deliverable Forward* (NDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
“Bank Indonesia akan tetap selalu ada di market dengan memaksimalkan seluruh instrumen yang ada, guna menjaga stabilitas rupiah dan kepercayaan pelaku pasar. Kami tetap yakin rupiah memiliki kecenderungan untuk menguat,” tegasnya.[/3]




